Kamis, 24 November 2011

Metode Eksperimen2

PENELITIAN TINDAKAN KELAS METODE EKSPERIMEN

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Salah satu faktor yang mendukung bagi kemajuan adalah pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa dapat diukur apakah bangsa itu maju atau mundur, sebab pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan. Bagi suatu bangsa yang ingin maju, pendidik harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Seperti sandang, pangan, dan papan, Namun, sangat miris rasanya melihat kondisi pendidikan di Indonesia saat ini (Neneng, 2007).
Menurut beberapa ahli, tujuan pendidikan khususnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) itu sendiri adalah mengembangkan kreatifitas siswa dan melatih siswa berfikir kritis. Dengan demikian, alangkah baiknya pembelajaran dirancang dan dilaksanakan berdasarkan tujuan pendidikan IPA diatas yaitu dengan pembelajaran yang kontekstual dan pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai subjek didik, agar nantinya hasil belajar siswa dapat meningkat. Namun terkadang kita dapati di sekolah para guru merancang dan melaksanakan pembelajaran masih kurang relevan dengan tujuan pendidikan IPA sehingga hasil belajar yang didapatkan tidak sesuai harapan. Salah satu contohnya adalah di SD Negeri 5 Maddukkelleng kelas V. Berdasarkan informasi dari guru kelas, rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA adalah sangat rendah. Dalam observasi peneliti di kelas V SD Negeri 5 Maddukkelleng, peneliti mendapatkan hal-hal sebagai berikut: Pertama, siswa kurang bergairah dalam mengikuti pembelajaran. Kedua, guru mengajar siswa dengan metode ceramah dan kurang memanfaatkan KIT. Ketiga, pelibatan siswa dalam pembelajaran sangat kurang dengan kata lain menjadikan siswa hanya sebagai objek didik. Dalam hal ini, peneliti menyimpulkan bahwa pokok permasalahnya terletak pada metode mengajar yang konvensional yang dipraktekkan oleh guru, sehingga menyebabkan kepasifan dan ketidak gairahan siswa dalam mengikuti pembelajaran akibatnya hasil belajar siswapun rendah.
Untuk menyelesaikan permasalahan diatas peneliti menawarkan metode mengajar yaitu metode eksperimen. Eksperimen merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar. Beberapa keuntungan dari pembelajaran dengan metode eksperimen antara lain: Pertama, pengetahuan yang didapatkan akan bertahan lama atau lebih mudah diingat. Kedua, hasil belajar dari metode eksperimen mempunyai efek transfer yang lebih baik dibandingkan metode yang lain. Ketiga, secara menyeluruh belajar dengan metode eksperimen dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas serta melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah: Apakah dengan menggunakan model pembelajaran tipe eksperimen dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SDN 5 Maddukkelleng Kabupaten Wajo dalam mata pelajaran IPA?

I.3 Hipotesis Tindakan
Dengan menggunakan model pembelajaran tipe eksperimen dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SDN 5 Maddukkelleng Kabupaten Wajo dalam mata pelajaran IPA.
I.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN 5 Maddukkelleng Kabupaten Wajo pada mata pelajaran IPA.
I.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memperkaya wawasan tentang metode belajar eksperimen sekaligus memperbaiki mutu pendidikan.
2. Menjadi bahan acuan bagi para guru dalam usaha meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa.
3. Meningkatkan mutu belajar siswa pada umumnya dan siswa kelas V SDN 5 Maddukkelleng Kabupaten Wajo pada khususnya.








BAB II
KAJIAN TEORI

II.1 Hakikat Manusia dan Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar untuk memanusiakan manusia. Oleh sebab itu, untuk menuju arah pendewasaannya manusia perlu adanya bimbingan yang optimal. Karakteristik hakikat manusia antara lain terungkap dari pengertian manusia sebagai homo sapiens, homo faber, homo homini socius, dan manusia sebagai makhluk etis dan estetis. Ada ahli yang mengatakan bahwa manusia sebagai animal educable. Artinya, pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang dapat dididik. Disamping itu, menurut Langeveld, manusia juga bisa disebut sebagai animal educandum yang artinya manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang harus dididik, dan homo educandus yang bermakna bahwa manusia merupakan makhluk yang bukan hanya harus dapat dididik tetapi juga harus dan dapat mendidik.
Deskripsi di atas mengungkapkan secara jelas bahwa ada mata rantai yang erat antara hakikat manusia dengan garapan pendidikan sebagai salah satu usaha sadar untuk lebih memanusiakan manusia. Garapan pendidikan merupakan keharusan mutlak bagi manusia. Malahan pendidikan telah dianggap sebagai salah satu hak asasi manusia yang harus dipenuhi (Ishak dkk, 2004).
II.2 Metode Eksperimen
II.2.1 Pengertian Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan metode mengajar dalam penyajian atau pembahasan materinya melalui suatu percobaan atau mencobakan sesuatu serta mengamati secara proses (Winataputra, 2005). Pengertian lain metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari (Djamarah, 2006). Moedjiono & Dimyati (1991) juga mengemukakan bahwa : Metode eksperimen merupakan format interaksi belajar-mengajar yang melibatkan logika induksi untuk menyimpulkan pengamatan terhadap proses dan hasil percobaan yang dilakukan. Eksperimen yang dilakukan dalam metode eksperimen dapat dilakukan secara perorangan ataupun kelompok. Metode eksperimen dilakukan dengan kegiatan percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau masalah maupun hipotesis tertentu. Oleh karena itu, seorang guru seharusnya kreatif dalam mengelola pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah suatu cara sistematis untuk menyajikan materi pelajaran dengan melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan percobaan baik di dalam maupun di luar laboratorium mengenai suatu obyek permasalahan, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal. Hal ini meliputi proses persiapan, mengamati, menganalisa, dan menyimpulkan hasil percobaan.
II.2.2 Keunggulan-Keunggulan Metode Eksperimen
Salah satu komponen pembelajaran yang sangat berpengaruh dalam pencapai tujuan adalah metode pembelajaran. Seorang guru harus pandai memilih metode yang baik dimana harus diselaraskan dengan materi pelajaran. Pada pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair, metode yang tepat untuk digunakan adalah metode eksperimen karena metode ini mempunyai banyak keunggulan.
Metode eksperimen mempunyai kebaikan sebagai berikut (Sagala, 2009) : (1) metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku saja; (2) dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris tentang sains dan teknologi, suatu sikap dari seorang ilmuwan; (3) metode ini didukung oleh asa-asas didaktik modern, antara lain: (a) siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian; (b) siswa terhindar jauh dari verbalisme; (c) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis; (d) mengembangkan sikap berpikir ilmiah; (e) hasil belajar akan tahan lama dan terinternalisasi.
Selain itu, metode eksperimen juga kerap kali digunakan karena memiliki keunggulan ialah (Roestiyah, 2008) :
1. Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya, dan tidak mudah percaya pula kata orang, sebelum ia membuktikan kebenarannya.
2. Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat; hal mana itu sangat dikehendaki oleh kegiatan belajar mengajar yang modern, dimana siswa lebih banyak aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru.
3. Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen di samping memperoleh ilmu pengetahuan; juga menemukan pengalaman praktis serta keterampilan dalam menggunakan alat-alat percobaan.
4. Dengan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran sesuatu teori, sehingga akan mengubah sikap mereka terhadap hal-hal yang tidak masuk akal.
Berdasarkan pendapat di atas, maka keunggulan-keunggulan metode eksperimen dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Hasil belajar akan bertahan lama karena siswa secara aktif dan langsung dalam mengumpulkan data dan informasi yang menjadi topik permasalahan kemudian membuktikannya melalui kegiatan percobaan yang disertai dengan pengamatan, menganalisa, dan memberikan kesimpulan.
2. Isi pembelajaran bersifat aktual karena siswa memperoleh kesempatan untuk membuktikan suatu teori melalui percobaan, sehingga siswa terlatih membuktikan sesuatu secara ilmiah tidak dengan perkiraan.
II.2.3 Tujuan Metode Eksperimen
Dalam proses belajar mengajar, metode eksperimen memberikan kesempatan yang besar kepada siswa untuk mengalami atau melakukan sendiri suatu percobaan. Dengan demikian, siswa akan menjadi aktif serta memberikan kebermaknaan bagi dirinya. Abimanyu dkk, 2008 mengemukakan bahwa Metode eksperimen bertujuan agar siswa dapat:
1. Menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh;
2. Merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan percobaannya;
3. Menggunakan logika berpikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang dikumpulkan melalui percobaan;
4. Berpikir sistematis, disiplin tinggi, hidup teratur dan rapi.
Selain itu, pemakaian metode eksperimen dalam kegiatan belajar-mengajar bertujuan untuk:
1. Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari berbagai fakta, informasi, atau data yang berhasil dikumpulkan melalui pengamatan terhadap proses eksperimen;
2. Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari fakta yang terdapat pada hasil eksperimen, melalui eksperimen yang sama;
3. Melatih siswa merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan hasil percobaan;
4. Melatih siswa menggunakan logika induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi, atau data yang terkumpul melalui percobaan (Moedjiono & Dimyati, 1991).
Jadi, penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran dilakukan dengan tujuan agar siswa mempunyai keterampilan dalam melakukan uji coba terhadap suatu permasalahan. Melalui kegiatan percobaan inilah, siswa dilatih untuk menggunakan logikanya berpikir sistematis dalam membuktikan dan membuat kesimpulan terhadap obyek yang dikaji.
II.2.4 Pelaksanaan Metode Eksperimen
Pelaksanaan eksperimen dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut (Winataputra, 2005):
1. Persiapan alat bantu (alat eksperimen);
2. Petunjuk dan informasi tentang tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam eksperimen;
3. Pelaksanaan eksperimen dengan menggunakan lembaran kerja/pedoman eksperimen yang disusun secara sistematis. Sehingga siswa dalam pelaksanaannya tidak banyak mendapat kesulitan dan membuat laporan;
4. Penguatan perolehan temuan-temuan eksperimen dilakukan dengan diskusi, tanya jawab, dan atau tugas;
5. Kesimpulan.

Penerapan metode eksperimen dalam proses pembelajaran akan mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan, jika guru memahami perannya. Sehingga, guru dituntut untuk mempunyai kemampuan-kemampuan yang mampu membimbing dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen.
Kemampuan guru yang harus diperhatikan agar eksperimen berhasil dengan baik di antaranya adalah (1) mampu membimbing siswa dari merumuskan hipotesis sampai pada pembuktian dan kesimpulan serta membuat laporan eksperimen; (2) menguasai konsep yang dieksperimen; (3) mampu mengelola kelas; (4) mampu memberikan penilaian secara proses (Winataputra dkk, 2005).
Jadi, peranan guru dalam metode eksperimen adalah sebagai fasilitator dan mediator yang membimbing dan mengarahkan siswa dari tahap ke tahapan selanjutnya dalam melakukan eksperimen, sehingga terlaksana dengan efektif. Metode eksperimen lebih menekankan kepada keaktifan siswa untuk memproses belajarnya sendiri daripada keaktifan guru dalam menyajikan isi pelajaran.
II.3 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
II.3.1 Hakikat IPA
IPA merupakan bidang studi yang obyek kajiannya meliputi alam dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya. IPA didasarkan pula pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam raya ini dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang tidak hanya semata-mata bergantung pada metode kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya eksperimen, observasi, dan analisis rasional.
Menurut Powler, IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Selanjutnya, Winaputra juga mengemukakan bahwa IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan benda atau makhluk hidup, tetapi merupakan cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah.
Jadi IPA tidak hanya menekankan pada pengetahuan tentang konsep-konsep, teori-teori, dan hukum-hukum IPA saja, tetapi lebih dari itu IPA menekankan pada sikap dan keterampilan ilmiah. Sikap dan keterampilan ilmiah yang dimaksud adalah bagaimana menggunakan otak untuk berpikir yang sistematis dalam memahami alam dan isinya dan terampil dalam melakukan kegiatan ilmiah seperti eksperimen.
IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep serta bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari obyek studi, menemukan, dan mengembangkan produk-produk IPA. Sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan manusia (Prihantoro, 2008). Selain itu, IPA secara garis besarnya memiliki tiga komponen, yaitu: (1) proses ilmiah, misalnya mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, merancang, dan melaksanakan eksperimen; (2) produk ilmiah, misalnya prinsip, konsep, hukum, dan teori; (3) sikap ilmiah, misalnya ingin tahu, hati-hati, obyektif, dan jujur (Bundu & Kasim, 2007).
Berdasarkan pendapat di atas, hakikat IPA diuraikan secara terperinci, yaitu sebagai berikut:
1. IPA sebagai proses ilmiah adalah sejumlah keterampilan yang digunakan untuk mengkaji alam sekitar dan fenomena-fenomena yang terjadi di dalamnya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru ataupun untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Keterampilan-keterampilan yang dimaksud adalah mengamati, klasifikasi, merumuskan hipotesis, dan melakukan eksperimen.
2. IPA sebagai produk ilmiah merupakan suatu disiplin ilmu yang berisi fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori yang dapat digunakan sebagai pedoman atau petunjuk dalam mempelajari, memahami, dan menjelaskan alam sekitar dan gejala-gejala yang terjadi di dalamnya.
3. IPA sebagai sikap ilmiah terfokus pada sikap yang bertujuan untuk membantu manusia dalam mencari solusi terhadap suatu masalah serta mengarahkan pemikiran manusia akan pentingnya alam dan isinya bagi kehidupan manusia.
4. IPA sebagai aplikasi merupakan lanjutan dari sikap ilmiah yang tertuju pada upaya untuk melaksanakan produk IPA (fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori) sehingga melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan manusia.
II.3.2 Pembelajaran IPA
Proses pembelajaran IPA di sekolah dasar hendaknya memperhatikan hakikat IPA itu sendiri. Prihantoro, 2008 mengemukakan bahwa nilai-nilai yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain:
1. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah metode ilmiah;
2. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat eksperimen untuk memecahkan masalah;
3. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitannya dengan pembelajaran IPA maupun dalam kehidupan.
Oleh karena itu, seorang guru hendaknya melaksanakan pembelajaran IPA di sekolah dasar dengan merumuskan tujuan pembelajaran yang memuat hakikat IPA serta dengan metode yang memungkinkan tercapainya tujuan IPA. Salah satunya adalah metode eksperimen, karena dengan metode ini siswa akan dilatih untuk melakukan kegiatan ilmiah, berpikir sistematis dan rasional, dan membuktikan sesuatu yang selama ini menjadi pertanyaan di dalam kehidupan.
II.4 Hakikat Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran IPA
II.4.1 Hakikat Hasil Belajar
Kegiatan apapun yang kita lakukan selalu kita harapkan hasil dari pekerjaan tersebut. Entah itu hasilnya baik ataupun tidak. Hal tersebut sama halnya dengan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di instansi pendidikan. Seorang guru mengajar siswa dengan harapan agar siswa dapat berhasil begitu pula dengan siswa yang apabila belajar dengan sungguh-sungguh akan memberikan dampak pada dirinya sendiri. Seseorang dikatakan belajar jika terjadi perubahan dalam dirinya yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dalam hal ini, hasil belajar adalah tingkat perolehan dan perubahan kemampuan yang bersifat tetap meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang dicapai peserta didik setelah melakukan aktivitas mental dan psikis terhadap suatu obyek kajian. Hasil belajar dapat diketahui dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan (Sudjana, 1999). Hal ini juga dapat diukur dari angka-angka yang diperoleh siswa dan dapat pula dilihat dari perubahan sikap dan keterampilan.
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (subsumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah nilai ulangan harian yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang dilakukan setiap selesai proses pembelajaran. Ulangan harian ini dilakukan minimal tiga kali dalam setiap semester dan terdiri dari sejumlah soal yang harus dijawab peserta didik (Kunandar, 2010).
II.4.2 Hakikat Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktifitas siswa, yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pembelajaran.
Indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari mayoritas siswa beraktifitas dalam pembelajaran, aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa, dan mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru (Kunandar, 2010).
II.5 Penerapan Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA
Tabel 1 : kegiatan pembelajaran dengan metode eksperimen

No

Tahap-tahap metode eksperimen

Kegiatan pembelajaran
1

a. Persiapan
alat bantu





· Guru mengorganisir siswa dalam bentuk kelompok
· Guru menginstruksikan siswa untuk
mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada pembelajaran


b. Petunjuk
dan informasi
tentang tugas-tugas yang akan
dilakukan


· Guru memberikan petunjuk dan informasi tentang tugas-tugas yang akan dilakukan pada pokok bahasan sistem koloid
· Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mempertanyakan sesuatu hal yang belum dimengerti
· Siswa melaksanakan percobaan berdasarkan petunjuk dan informasi yang telah diberikan



c. Penguatan perolehan temuan-temuan eksperimen dengan diskusi


· Siswa mempresentasikan temuan-temuan dari eksperimen yang telah dilakukan
· Siswa mendiskusikan temuan-temuan mereka secara berkelompok
· Guru berperan sebagai moderator dan pengendali diskusi
· Guru mengarahkan dan membimbing siswa agar pendapat-pendapat mereka tidak menyimpang dari yang seharusnya


d. Eksperimen disusun secara
sistematis


· Guru bersama siswa menyusun temuan-temuan mereka secara sistematis


e. Kesimpulan

· Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran

II.6 Bagan Alir
Mulai
Persiapan
Pemberian petunjuk dan informasi tentang tugas-tugas yang akan dilakukan

Penguatan perolehan temuan-temuan dengan diskusi
Hasil
(Aktivitas dan hasil belajar meningkat)
Selesai














Gambar 3. Bagan Alir Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN

III.1 Setting Penelitian
III.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dengan mengambil lokasi atau tempat di SD Negeri 5 Maddukkelleng Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Pemilihan sekolah tersebut dilatarbelakangi oleh : (a) lokasi sekolah tersebut dekat dari tempat tinggal peneliti dan mudah di jangkau; (b) sudah terjalin komunikasi yang harmonis dengan sebagian besar guru-guru dan pegawai di sekolah tersebut.
Mata pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah IPA (Fisika) tentang Cahaya dan Sifat-sifatnya serta Struktur Bumi dan Matahari.
III.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan selama dua bulan dan dimulai sejak tanggal 9 Januari sampai tanggal 9 Februari 2011 tahun ajaran 2010/2011 pada semester genap. Penelitian ini akan dilakukan sebanyak tiga siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
III.2 Persiapan PTK
Sebelum PTK dilaksanakan, dibuat berbagai input instrumental yang akan digunakan berupa rencana pembelajaran yang akan dijadikan PTK, yaitu kompetensi dasar (KD). Selain itu juga dibuat perangkat pembelajaran berupa lembar kerja siswa, lembar pengamatan dan lembar evaluasi.
III.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 5 Maddukkelleng pada semester genap tahun ajaran 2010/2011. Jumlah siswa pada kelas tersebut adalah 18 orang. Alasan pemilihan kelas ini adalah;
1. Kurangnya penerapan metode pembelajaran oleh guru kelas, yang lebih dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran,
2. Adanya dukungan dari kepala sekolah dan guru setempat untuk melaksanakan kegiatan penelitian di kelas yang bersangkutan.
III.4 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Siswa : untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar
2. Guru : untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran metode eksperimen dan hasil belajar serta aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
3. Teman sejawat dan kolaborator: sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK secara komprehensif, baik dari sisi siswa maupun guru.
III.5 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian tindakan ini adalah:
1. Observasi
Observasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen. Observasi tersebut dilakukan oleh guru atau teman sejawat.

2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui pendapat observer (guru atau teman sejawat) dan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar yang menggunakan metode eksperimen sekaligus sebagai data untuk memperkuat data tentang ketercapaian aktivitas belajar.
3. Dokumentasi
Dokumentasi bertujuan untuk memperkuat data dari lembar observasi..
4. Tes
Tes adalah suatu teknik yang digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa.
III.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif. Data yang dianalisis adalah terdiri atas aktivitas dan hasil belajar siswa.
III.6.1 Analisis Kuantitatif
a.
=
Nilai rata-rata siswa sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan siklus I, siklus II, dan siklus III dihitung.



Keterangan: = rata-rata
Σx = jumlah nilai seluruh siswa
N = banyaknya siswa

b. Hasil belajar kognitif siswa dihitung, dengan menggunakan rumus:



c. Hasil belajar afektif dan psikomotorik dihitung, dengan menggunakan rumus:


d.
% =
Ketuntasan belajar siswa dihitung, dengan menggunakan rumus:


Keterangan: % = presentase
n = jumlah skor yang diperoleh
N = jumlah skor maksimal
III.6.2 Analisis Kualitatif
Pada analisis kualitatif ini, data yang diperoleh dari lembaran observasi dianalisis dengan melihat perubahan setiap sikap siswa pada setiap siklus, baik dari segi perhatian, kehadiran, keaktifan, dan kesungguhan siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan lembar observasi dari hasil belajar siswa terdiri dari nilai rata-rata dan persentase nilai yang diperoleh setiap siswa dari tes pada akhir setiap siklus. Kita menganalisis dari setiap siklus, apakah ada peningkatan atau tidak? Apakah peneilitian tindakan kelas ini berhasil atau tidak?
III.7 Indikator Kinerja
1. Siswa
a. Tes : rata-rata nilai ulangan harian
b. Observasi : keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar
2. Guru
a. Dokumentasi : kehadiran siswa
b. Observasi : hasil observasi
III.8 Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan dalam tiga siklus. Siklus I dengan memberikan materi cahaya dan sifat-sifatnya secara menyeluruh, siklus II memberikan materi tentang struktur bumi dan matahari, dan siklus III untuk menyempurnakan siklus I dan II. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai seperti yang telah dirancang dalam faktor yang akan diselidiki. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahap dalam setiap siklusnya yaitu Perencanaan (Planning), Tindakan (Action), Pengamatan (Observation), dan Refleksi (Reflection). Kekurangan pada siklus pertama dan kedua akan diperbaiki pada siklus ketiga. Adapun tahap-tahap tiap siklus adalah sebagai berikut:
III.8.1 Siklus I
A. Perencanaan (Planning)
1. Menyusun perangkat pembelajaran, dalam hal ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
2. Mempersiapkan langkah-langkah pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen.
3. Melakukan diskusi balikan, untuk mengetahui kelemahan-kelemahan selama pembelajaran yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan masukan pada pelaksanaan tindakan berikutnya.
B. Tindakan (Action)
Adapun tindakan yang dilakukan sebagai berikut :
Pertemuan pertama
· Kegiatan Awal
1. Mengecek kehadiran siswa.
2. Memberikan motivasi dan apersepsi.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
· Kegiatan Inti
1. Guru mengorganisir siswa dalam bentuk kelompok.
2. Guru menginstruksikan siswa untuk mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada pembelajaran.
3. Guru memberikan petunjuk dan informasi tentang cahaya.
4. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mempertanyakan sesuatu hal yang belum dimengerti.
5. Siswa melaksanakan percobaan sesuai petunjuk dan bimbingan guru.
6. Siswa mendiskusikan dan mempresentasikan hasil percobaan mereka.
7. Guru berperan sebagai moderator dan pengendali diskusi.
8. Guru mengarahkan dan membimbing siswa agar pendapat-pendapat mereka tidak menyimpang dari yang seharusnya.
9. Guru bersama siswa menyusun temuan-temuan mereka secara sistematis.
· Kegiatan Akhir
1. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
2. Evaluasi hasil belajar.

Pertemuan kedua
· Kegiatan Awal
1. Mengecek kehadiran siswa.
2. Memberikan motivasi dan apersepsi.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
· Kegiatan Inti
1. Guru mengorganisir siswa dalam bentuk kelompok.
2. Guru menginstruksikan siswa untuk mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada pembelajaran.
3. Guru memberikan petunjuk dan informasi tentang sifat-sifat cahaya.
4. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mempertanyakan sesuatu hal yang belum dimengerti.
5. Siswa melaksanakan percobaan untuk mengamati sifat-sifat cahaya.
6. Siswa mendiskusikan dan mempresentasikan hasil percobaan mereka.
7. Guru berperan sebagai moderator dan pengendali diskusi.
8. Guru mengarahkan dan membimbing siswa agar pendapat-pendapat mereka tidak menyimpang dari yang seharusnya.
9. Guru bersama Siswa menyusun temuan-temuan mereka secara sistematis.
· Kegiatan Akhir
1. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
2. Evaluasi hasil belajar.


C. Pengamatan (Observation)
Selama pelaksanaan tindakan pembelajaran dilaksanakan pencatatan dengan menggunakan format observasi. Adapun hal-hal yang dicatat selama berlangsungnya kegiatan observasi adalah kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran.
D. Refleksi (Reflection)
Rangkaian kegiatan perencanaan, tindakan, dan observasi yang telah dilakukan maka peneliti mengadakan refleksi tentang pelaksanaan tindakan yang bertujuan untuk mengetahui hasil, dan masukan untuk perencanaan dan pelaksanaan tindakan berikutnya pada siklus II
II.8.2 Siklus II
A. Perencanaan (Planning)
Perencanaan ulang disusun berdasarkan kesimpulan dan perbaikan-perbaikan yang dibutuhkan dari siklus I
B. Tindakan (Action)
Tindakan yang dilakukan sebagai berikut:
Pertemuan pertama
· Kegiatan Awal
1. Mengecek kehadiran siswa.
2. Memberikan motivasi dan apersepsi.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
· Kegiatan Inti
1. Guru mengorganisir siswa dalam bentuk kelompok.
2. Guru menginstruksikan siswa untuk mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada pembelajaran.
3. Guru memberikan petunjuk dan informasi tentang struktur tanah dan batuan serta jenis-jenisnya.
4. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mempertanyakan sesuatu hal yang belum dimengerti.
5. Siswa melaksanakan percobaan berdasarkan petunjuk dan informasi yang telah diberikan.
6. Siswa mendiskusikan dan mempresentasikan hasil percobaan mereka
7. Guru berperan sebagai moderator dan pengendali diskusi.
8. Guru mengarahkan dan membimbing siswa agar pendapat-pendapat mereka tidak menyimpang dari yang seharusnya.
9. Guru bersama Siswa menyusun temuan-temuan mereka secara sistematis.
· Kegiatan Akhir
1. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
2. Evaluasi hasil belajar.
Pertemuan kedua
· Kegiatan Awal
1. Mengecek kehadiran siswa.
2. Memberikan motivasi dan apersepsi.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
· Kegiatan Inti
1. Guru mengorganisir siswa dalam bentuk kelompok.
2. Guru menginstruksikan siswa untuk mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada pembelajaran.
3. Guru memberikan petunjuk dan informasi tentang jenis batuan dan pembentukannya.
4. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mempertanyakan sesuatu hal yang belum dimengerti.
5. Siswa melaksanakan percobaan di halaman sekolah tentang jenis-jenis batuan berdasarkan warna, kekerasan, dan permukaan batuan.
6. Siswa mempresentasikan temuan-temuan dari eksperimen yang telah dilakukan.
7. Siswa mendiskusikan temuan-temuan mereka secara berkelompok.
8. Guru berperan sebagai moderator dan pengendali diskusi.
9. Guru mengarahkan dan membimbing siswa agar pendapat-pendapat mereka tidak menyimpang dari yang seharusnya.
10. Guru bersama Siswa menyusun temuan-temuan mereka secara sistematis.
· Kegiatan Akhir
1. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
2. Evaluasi hasil.
C. Pengamatan (Observation)
Selama pelaksanaan tindakan pembelajaran dilaksanakan pencatatan dengan menggunakan format observasi dan juga dambil dari hasil tes siswa.
D. Refleksi (Reflection)
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan, dianalisis dan dievaluasi pada tahap refleksi ini. Hasil analisis dari tahap ini digunakan untuk mengambil kesimpulan apakah pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen sudah sesuai dengan tujuan yang diinginkan atau belum.
II.8.3 Siklus III
A. Perencanaan (Planning) Ulang
Perencanaan ulang disusun berdasarkan kesimpulan dan perbaikan-perbaikan yang dibutuhkan dari siklus I.
B. Tindakan (Action)
Tindakan yang dilakukan sebagai berikut :
Pertemuan pertama
· Kegiatan Awal
1. Mengecek kehadiran siswa.
2. Memberikan motivasi dan apersepsi.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
· Kegiatan Inti
1. Guru mengorganisir siswa dalam bentuk kelompok.
2. Guru menginstruksikan siswa untuk mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada pembelajaran.
3. Guru memberikan petunjuk dan informasi tentang struktur tanah dan batuan serta jenis-jenisnya.
4. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mempertanyakan sesuatu hal yang belum dimengerti.
5. Siswa melaksanakan percobaan berdasarkan petunjuk dan informasi yang telah diberikan.
6. Siswa mendiskusikan dan mempresentasikan hasil percobaan mereka.
7. Guru berperan sebagai moderator dan pengendali diskusi.
8. Guru mengarahkan dan membimbing siswa agar pendapat-pendapat mereka tidak menyimpang dari yang seharusnya.
9. Guru bersama Siswa menyusun temuan-temuan mereka secara sistematis.
· Kegiatan Akhir
1. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
2. Evaluasi hasil belajar
Pertemuan kedua
· Kegiatan Awal
1. Mengecek kehadiran siswa.
2. Memberikan motivasi dan apersepsi.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
· Kegiatan Inti
1. Guru mengorganisir siswa dalam bentuk kelompok.
2. Guru menginstruksikan siswa untuk mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada pembelajaran.
3. Guru memberikan petunjuk dan informasi tentang materi yang akan diajarkan.
4. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mempertanyakan sesuatu hal yang belum dimengerti.
5. Siswa melaksanakan percobaan sehubungan dengan materi yang diberikan oleh guru.
6. Siswa mempresentasikan temuan-temuan dari eksperimen yang telah dilakukan.
7. Siswa mendiskusikan temuan-temuan mereka secara berkelompok.
8. Guru berperan sebagai moderator dan pengendali diskusi.
9. Guru mengarahkan dan membimbing siswa agar pendapat-pendapat mereka tidak menyimpang dari yang seharusnya.
10. Guru bersama Siswa menyusun temuan-temuan mereka secara sistematis.
· Kegiatan Akhir
1. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
2. Evaluasi hasil.
C. Pengamatan (Observation)
Selama pelaksanaan tindakan pembelajaran dilaksanakan pencatatan dengan menggunakan format observasi dan juga dambil dari hasil tes siswa.
D. Refleksi (Reflection)
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan, dianalisis dan dievaluasi pada tahap refleksi ini. Hasil analisis dari tahap ini digunakan untuk mengambil kesimpulan apakah pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen sudah sesuai dengan tujuan yang diinginkan atau belum.
III.9 Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah indikator proses dan hasil dalam pembelajaran. Dari segi hasil ditandai dengan pemerolehan skor dari evaluasi akhir pembelajaran di setiap siklus.
Kriteria yang digunakan untuk mengungkapkan kemampuan hasil belajar siswa adalah sesuai dengan kriteria standar sebagai berikut:


Tabel 2 kriteria hasil belajar siswa
No

Tingkat Penguasaan

Kategori
1.
2.
3.
4.
5.

90%-100%
80%-89%
65%-79%
55%-64%
0%-54%

Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah

Berdasarkan standar di atas, maka peneliti memilih standar minimal keberhasilan penelitian yakni bila 75 % dari seluruh jumlah siswa mendapatkan nilai ≥ 80.

1 komentar:

  1. http://rudi-penelitiantindakankelas.blogspot.com/2011/08/penelitian-tindakan-kelas-metode.html

    BalasHapus